Halaman

Kamis, 23 Februari 2012

Pulau Sempu : Cagar Alam Di Selatan Jawa Timur

Jika Anda pernah melihat film “The Beach” (2000) yang dibintangi Leonardo Di Caprio, Anda pasti terpesona dengan keindahan alam pulau Phi-Phi di Thailand, yang menjadi latar belakang film tersebut. Tebing-tebing curam dan laut dangkal berwarna kehijauan tampak begitu indah dan menawan.
Di Indonesia, tepatnya di sebelah selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga terdapat pulau yang memiliki keindahan setara dengan Pulau Phi-Phi. Namanya Pulau Sempu, yang merupakan sebuah cagar alam yang berada dibawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam provinsi Jawa Timur.
Seperti halnya pulau Phi-Phi, pulau Sempu juga memiliki pesona alam yang menakjubkan. Jauh dari kebisinfan, suasananya alami, asri dan tidak ada satupun bangunan yang berdiri di Pulau ini seperti tempat penginapan, rumah makan dan sebagainya.
Terdapat lebih dari 80 jenis burung yang dilindungi dan hewan lain seperti babi hutan, kancil, atau lutung jawa. Jika beruntung bisa menemukan jejak kaki macan tutul.
Secara geografis, Pulau Sempu terletak diantara 112° 40’ 45" - 112° 42’ 45" BT dan 8° 27’ 24" - 8° 24’ 54" LS. Memiliki luas sekitar 877 Ha, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan Samudera Hindia di sisi selatan, timur dan barat.
Menuju Pulau Sempu, bertolak dari Kota Malang, arahkan kendaraan ke selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Dalam waktu 2-3 jam, Anda akan tiba di pantai Sendangbiru. Dari Sendangbiru dapat mencari nelayan untuk menyewa perahu penyeberangan menuju Pulau Sempu yang biasanya memakan waktu sekitar 15-30 menit.
Perahu akan mendarat di teluk Semut, di sisi utara Pulau Sempu, yang akan diteruskan dengan berjalan kaki menyusuri hutan tropis dataran rendah selama sekitar 1 jam menuju tempat singgah, yaitu Segara Anakan.
Amat disarankan memakai alas kaki yang tak gampang lengket, karena tanah di hutan tersebut sedikit berlumpur. Pengunjung harus melewati medan yang cukup sulit dengan tanah hutan yang bergelombang dan bekelokkelok, dengan sudut kemiringan hingga 60 derajat.
Setelah sekitar satu jam menyusuri hutan tropis, Anda akan menjumpai sebuah pantai kecil berpasir putih dengan air berwarna biru kehijauan. Itulah Segara Anakan, yang biasanya digunakan sebagai tempat singgah para pengunjung. Tak ada tempat penginapan sehingga jika ingin bermalam harus membawa tenda dan peralatan lainnya.
Kanan: Segara Anakan; kiri: peta Pulau Sempu (EKO OSCAR NUGROHO/ THE EPOCH TIMES)Air Danau Segara Anakan sebenarnya berasal dari air Laut Samudera Hindia. Air masuk melalui lubang besar di tdbing bagian tenggara.Saat ombak masuk, air akan terlihat begitu indah bak semburan sang naga. Pada siang dan malam hari air danau akan mengalami pasang, sedangkan pada pagi dan sore hari air danau surut. Pada saat pasang, Danau Segara Anakan tampak sangat indah, dengan air yang jernih berwarna hijau.
Anda bisa berenang maupun snorkling melihat beraneka ragam terumbu karang tanpa harus takut terseret ombak, karena ombak di danau ini memang relatif kecil.
Dari atas pantai Segara Anakan bisa terlihat Samudera Hindia yang luas dengan ombak lepas yang mengikis terbing-tebing raksasa. Jika beruntung Anda bisa melihat lumba-lumba atau penyu yang berenang. Jika kurang beruntung, barangkali akan menemukan kera atau lutung yang bergelantungan di pohon-pohon sekitar pantai.
Kembali ke hutan dan sedikit naik-turun menyusuri bukit, Anda akan menjumpai Long Beach yang terdiri dari 5 pantai berurutan yang memanjang di pesisir Pulau Sempu, dengan pasir putih dan berpapasan langsung dengan Samudera Hindia. Di sini berbeda dengan Segara Anakan, karena ombak di sini sangat besar dan ganas, sehingga disarankan tidak terjun ke dalam air.
Berjalan kaki mengelilingi Pulau Sempu membutuhkan waktu dua hari. Dari Segara Anakan bisa menyusur pantai menuju goa kapur melalui Long Beach. Lantas perjalanan akan menembus Danau Sat dan menuju Telaga Lele.
Bagi Anda yang menyukai nuansa alam asli, jauh dari kebisingan kehidupan moderen, Pulau Sempu dapat memberikan solusi bagi Anda. Akan tetapi jangan mengharapkan ada hotel berbintang maupun orang berjualan makanan, segala sesuatunya harus dipersiapkan sendiri dari rumah. (E. Oscar Nugroho/The Epoch Times)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar